Foto ; Google |
“Bangsa
Indonesia adalah bangsa yang paling pelit memberikan pujian”
(Abdullah
Gymnastiar)
ADA apa
dengan pujian? Apa pentingnya itu? Mungkin pertanyaan tersebut terlintas
dibenak kita, ketika mendengar pernyataan AA Gym tentang bangsa ini yang
dianggap pelit memberikan pujian. Ingin tahu apa efek dahsyat pujian itu?
Alkisah. Ada seorang pemimpin
hebat yang paling ‘obral’ dalam mengumbar pujian. Tidak ada sahabat terdekatnya
melainkan disematkan pada mereka pujian-pujian indah. Efeknya sangat luar
biasa! Mereka tampil sebagai generasi terbaik sepanjang masa. Siapakah pemimpin
hebat itu? Siapa lagi kalau bukan baginda Nabi Muhammad SAW.
Lihatlah pujian sang Nabi kepada
Umar bin Khatab. Rasulullah memberi ungkapan indah yang tak terlupakan bagi
Umar. “Jika ada nabi sesudahku, dia adalah Umar.”
Abu Bakar, sahabat yang diberi
gelar As-siddiq oleh Nabi. Beliau satu-satunya orang yang membenarkan peristiwa
isra’ miraj disaat semua orang mendustakannya. Maka Rasulullah dengan mentap
memujinya “Jika iman Abu Bakar ditimbang dengan seluruh umat, iman Abu Bakar
akan lebih berat”
Kita tahu Ali Bin Abi thalib
adalah pemuda yang sangat cerdas. Beliau sangat pandai menjawab pertanyaan yang
diajukan orang kepadanya. Tentu baginda Nabi juga amat membanggakannya. Maka
tak heran jika Rasulullah memujinya “Akulah sang gudang ilmu, Ali adalah
pintunya”
Lalu Utsman Bin Affan, sahabat
Nabi yang terkenal sangat pemalu juga tak luput dari pujian sang Nabi. Sehingga
Nabi berkata“Malaikat malu mencatat dosanya”
Inilah empat sahabat Nabi yang
dijuluki Khulafaur Rasyidin dengan pujian dari Rasulullah yang disematkan
kepada mereka. Tentu masih banyak lagi sahabat-sahabat lainnya yang juga
mendapatkan pujian sesuai dengan kapasitas mereka. Salah satu contohnya adalah
Khalid bin walid yang dijuluki oleh Rasulullah sebagai ‘pedang Allah’. Dan
seterusnya.
Begitulah. Setiap pujian selalu
memberi makna. Maka jangan malu memberikan pujian. Rasulullah saja, kekasih
Allah, tidak segan-segan memberikan pujian indahnya untuk para sahabat. Apalagi
kita? Apa salahnya kita menyenangkan hati orang lain dengan memberi mereka
pujian?.[Nur Halimah]