FOTO : Google |
PASTI semua diantara kita tidak ingin menjadi pribadi
yang memalukan. Semuanya ingin tampil sebagai pribadi yang selalu membanggakan.
Membanggakan dimata sesama manusia, terlebih di mata Allah.
Shalat tahajud
mungkin telah dilupakan sebagian besar ummat pada zaman sekarang ini. Namun
pada zaman dahulu, Orang-orang beriman sangat kuat menjaga amalan ini
dikarenakan kecintaan mereka kepada Allah dan ketakutan mereka akan
menyia-nyiakan Allah.
Ibu Nabi
Sulaiman berkata kepada Nabi Sulaiman bin Daud, “Anakku, jangan tidur
diwaktu malam karena orang yang tidur diwaktu malam, pada hari kiamat nanti ia
akan datang dengan tangan kosong.”
Kemudian Allah
juga mewahyukan kepada Nabi Daud, “Daud, bohong orang yang mengaku
mencintai-Ku, tapi dikala malam tiba, ia malah tidur mengabaikan-Ku.”
Itulah beberapa
contoh keta’atan orang-orang beriman pada zaman dahulu. Mereka berlomba-lomba
untuk mencari rahmat-Nya dengan menghidupkan malam-malam untuk beribadah.
Ternyata orang
yang melaksanakan shalat tahajud sangat dicintai oleh Allah. bahkan Allah
membanggakan mereka dihadapan para malaikat. Seperti dalam sebuah hadis,
Rasulullah bersabda :
“Sesungguhnya
Allah SWT membanggakan kepada para malaikat seseorang yang melakukan tahajud
dimalam yang dingin. Allah berkata, ‘lihatlah hambaku yang keluar dari
selimutnya dan meninggalkan dunia dan isterinya yang cantik untuk bermunajad
kepadaku dengan firmanku. Bersaksilah bawa aku telah mengampuninya".
Para sahabat di
zaman Rasulullah adalah contoh terbaik dalam beribadah dimalam hari. Kenapa
mereka begitu kuat menjunjung tinggi sunnah ini? Apalagi alasannya kalau bukan
karena guru mereka yang sangat mereka kagumi. Siapa guru mereka? Ya, siapa lagi
kalau bukan Rasulullah SAW. Meskipun telah diampuni dosa-dosanya, baik yang
sudah terlewat maupun yang akan datang, Rasulullah tetap menjalankan tahajud
hingga kakinya bengkak.
Al-kisah, Umar
Bin Khatab r.a ketika menjabat sebagai Khalifah. Beliau tidak pernah tidur
siang dan malam. Beliau hanya beristirahat dengan duduk dan sedikit terlelap
dengan anggukan dikepala. Kenapa Umar melakukannya? Apa kata Umar?
“Bila aku
tidur diwaktu malam, maka berarti aku telah menyia-nyiakan diriku. Bila aku
tidur diwaktu siang, maka aku berarti telah menyia-nyiakan rakyatku. Sementara
itu, aku harus bertanggungjawab terhadap mereka.”
Lalu bagaimanakah
dengan kita? Kapan kita menghidupkan malam hanya untuk ‘bermesraan’ dengan
Allah? [Nurhalimah | Tek]