OLEH: Dr. KUSMAWATI HATTA, M.Pd*
MEMASUKI Bulan Ramadhan tentunya memberikan semangat baru kepada
semua umat Islam untuk dapat meningkatkan ibadah. Bulan yang penuh dengan
keberkahan, kelebihan, keampunan dan juga keistimewaan ini, maka sudah
sepatutnya semua umat Islm untuk memahami dan mengetahui tentang keuntungan di
bulan Ramadhan.
Firman Allah dalam Surah Al-Baqarah ayat 183 dan 185. Yang artinya:
"Wahai orang-orang beriman! Kamu diwajibkan berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa." Semua perintah Allah Swt yang disyariatkan kepada manusia,
pasti mengandung manfaat tersendiri. Ini tidak hanya dilakukan oleh ummat Islam, akan tetapi di dalam
agama lain pun ada disuruh penganutnya agar berpuasa, cuma caranya saja yang
berbeda dengan apa yang disyariatkan dalam Islam.
Ada beberapa studi sains dan ilmu modern mengenai kelebihan puasa.
Pada 1994, Kongres Internasional berhubungan Kesehatan dan Puasa yang
diselenggarakan di Casablanca, telah mempresentasikan hasil dari
peneliti-peneliti Islam dan bukan Islam.
Baca Juga : Menghidupkan Malam-malam Ramadhan
Penelitian menemukan praktek berpuasa pada bulan Ramadan memiliki
efek fisiologis dan psikologis secara tidak langsung. Pertama, Efek fisiologis diantaranya, merendahkan kadar gula darah, kolesterol
dan tekanan darah sistolik. Kedua efek psikologi, dapat memberikan ketenangan
dan kedamaian pada pikiran, Karena ia berhubungan dengan kadar gula darah yang
semakin stabil.
Selama berpuasa umat Islam juga dianjurkan memperbanyak amalan
membaca Al-Quran, Karena dengan membaca tidak hanya memberi ketenangan pada
pikiran dan jiwa, bahkan dapat meningkatkan kemampuan memori.
Dr. Alan Cott, seorang dokter Amerika Serikat melaporkan penelitian
psikologi membuktikan bahwa puasa mempengaruhi derajat kecerdasan seseorang. Pengujian dilakukan
terhadap sekelompok orang yang rajin berpuasa dan sekelompok orang yang tidak
berpuasa.
Hasil keputusan menunjukkan bahwa orang yang rajin berpuasa
memperoleh skor (nilai) yang jauh lebih tinggi dalam tes dibandingkan dengan
orang yang tidak berpuasa. Ketika perut dan usus melakukan proses pencernaan,
otak tidak dapat berfungsi dengan baik. Ini karena energi dan aliran darah
terkonsentrasi ke pekerjaan pencernaan makanan.
Sebab itulah ketika seseorang makan sampai terlalu
kenyang, otak kita akan menjadi lemah untuk berpikir dan tubuh pun akan terasa
mengantuk dan malas. Ketika berpuasa, energi dan aliran darah terkonsentrasi ke
otak. Ini membuat otak dapat bekerja dengan lancar dan memberikan kesempatan
kepada diri untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan yang menggunakan mental dan
fisik yang efektif. Ketika berpuasa, perut akan
mengeluarkan bahan-bahan buangan berbahaya yang disingkirkan melalui proses
detoksifikasi.
Makan secara berlebihan, diet yang tidak seimbang dengan jumlah
karbohidrat yang tinggi dan makanan berlemak, saat berbuka dapat berkontribusi
banyak masalah kesehatan. Ini termasuk hiperglikemia, pertambahan berat badan
dan rasa tidak nyaman pada perut.
Para peneliti ilmu kedokteran telah membuktikan bahwa puasa dapat
membuang racun serta racun-racun dari tubuh dan secara tidak langsung dapat
meningkatkan sistem kekebalan tubuh dalam melawan penyakit. Menurut Dr. Maret
Fadon, seorang dokter dari Amerika, "Puasa adalah seperti tongkat ajaib
yang dapat menyembuhkan penyakit yang melibatkan perut."
Dia berhasil mengobati pasien-pasiennya dengan meminta mereka
berpuasa sebagai alternative kepada obatan modern. Dari aspek psikologis,
manusia terdiri dari empat komponen utama yaitu fisik, emosi, kognitif dan
spiritual.
Berdasarkan komponen itu, puasa di bulan Ramadan diharapkan dapat
melatih fisik, emosi, kognitif dan spiritual untuk melakukan transformasi ke
arah kebaikan yang dituntut dalam Islam. Ramadan juga mendidik diri menghayati
konsep hablum min Allah (hubungan dengan Allah) dan konsep hablum minannas
(hubungan sesama manusia). Hubungan itu terpampang dalam ibadah dan akhlak yang
dilakukan selama Ramadan dan diharap diteruskan setelah Ramadan.
Selain meningkatkan ibadah kepada Allah SWT, puasa juga
mendidik jiwa insan untuk berbagi nikmat diberkahi dengan memperbanyak amalan
sedekah yang mampu membersihkan jiwa dari perasaan sombong. Puasa mampu menyucikan diri dari sifat mazmumah seperti tamak,
sombong dan hasad dan dengki.
Saat berpuasa, ia mampu membersihkan jiwa yang kotor dan secara
tidak langsung menerapkan sifat rendah diri terhadap orang lain. Puasa juga
mendidik jiwa dengan sifat belas kasihan terhadap orang lain yang hidup susah
dan kurang beruntung. Dengan melakukan itu, seseorang akan merasakan
penderitaan hidup mereka yang serba kekurangan.
Perintah berpuasa bagi umat Islam adalah pengendalian diri atau
self-control. Aspek pengendalian ini penting karena pengendalian diri merupakan
salah satu komponen utama untuk menciptakan psikologi yang sehat.
Dari perspektif ilmu psikologi dan kesehatan mental, kemampuan
mengendalikan diri adalah merupakan indikasi utama sehat atau tidaknya
kehidupan spiritual seseorang. Seseorang yang sehat psikologis dan jiwanya akan
memiliki tingkat kemampuan menangani diri yang baik, sehingga terhindar dari
berbagai gangguan psikologis.
Jika pengendalian diri seseorang terganggu, maka akan timbul
berbagai reaksi patologi dalam pikiran (cognition), perasaan (affection) dan perilaku
(psikomotor). Apabila hal ini terjadi maka akan terjadi hubungan yang tidak
harmonis antara diri individu dengan dirinya sendiri dan juga dengan orang lain
di sekitarnya.
Baca Juga : Lampu Belajar Sebagai penghangat Makanan
Oleh Karena itu, orang yang jiwanya tidak sehat kondisinya akan
sangat mengganggu dirinya sendiri, juga menggangu orang lain.
"Puasa itu bukanlah sekedar menahan diri dari makan
dan minum, tetapi sesungguhnya puasa itu adalah mencegah diri dari segala
perbuatan yang sia-sia serta menjauhi perbuatan-perbuatan yang kotor dan
keji." (Hadis Riwayat Buhari).
Selain itu puasa juga mendidik manusia supaya bersifat
sabar karena dengan sifat sabarlah kebiasaannya seseorang itu dapat membentuk
karakter dan pribadi yang bermutu tinggi dan mampu membentuk sebagai pemimpin
yang terkenal yang membawa dirinya ke tingkat yang dimuliakan, dihormati serta
dikasihi.
Pelaksanaan puasa dengan sebaik-baiknya akan mendidik
manusia menjadi jujur, disiplin, berbudi luhur, berakhlak mulia, yang kelak
menumbuhkan rasa sosial yang mendalam, sekaligus menghilangkan egoisme dan
kesombongan.
Ada empat manfaat yang dapat diraih dari puasa antara
lain; Pertama, puasa mendidik orang
dengan sifat-sifat kesabaran, agar dapat mengendalikan diri dari segala yang
membatalkan puasa dan nilai pahala puasa, yang semata-mata untuk beribadah
kepada Allah Swt.
Kedua, menyehatkan ruhani. Pelaksanaan ibadah puasa dengan
baik akan menghilangkan berbagai macam penyakit kejiwaan, seperti dengki, danhasut.
Manfaat ini berhubungan dengan kesabaran sebagai hakikat puasa sekaligus tujuan
puasa agar memperoleh derajat muttaqin atau terhindar dari perbuatan yang
mendatangkan siksa Allah.
Ketiga, jujur. Orang-orang yang menunaikan puasa dengan sungguh-sungguh
sesuai dengan yang disyariatkan Islam, secara perlahan tapi pasti akan
menimbulkan sikap jujur, percaya diri, dan berakhlak mulia. Kesadaran tentang pengawasan Allah sebagai orang yang telah
memperoleh derajat mutaqqin terhadap dirinya, secara otomatis dapat
menghilangkan sikap kehipoktritan, kerakusan, sadisme yang pada akhirnya
menumbuhkan moral.
Keempat,
kepedulian sosial. Orang yang taat melaksanakan ibadah puasa, akan
menumbuhkembangkan kepedulian sosial yang mendalam, dan selalu berpihak kepada
kelompok dhu’afa (fakir miskin).
Kondisi semacam ini bermuara kepada penghyatan terhadap
pengalaman-pengahalam ibadah puasa tersebut sebagai teladan sifat pengasih dan
penyayang Allah.
*Penulis adalah Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN
Ar-Raniry, Banda Aceh.