ALLAH SWT memerintah umat Islam untuk melakukan amal ibadah kepada-Nya dengan
salah satu syarat paling utama suatu amalan diterima itu di sisi Allah adalah
adanya keikhlasan. Tanpanya, amalan seseorang akan sia-sia belaka, bahkan ditolak.
Karenanya,
setan juga terus berusaha tidak henti-hentinya memalingkan manusia, menjauhkan
ibadah yang mereka lakukan dari keikhlasan. Salah satunya adalah melalui pintu
riya yang banyak tidak disadari setiap hamba, yaitu melakukan suatu amalan agar
orang lain bisa melihatnya kemudian memuji dirinya.
Termasuk ke
dalam riya yaitu sum’ah, yakni melakukan suatu amalan agar orang lain mendengar
apa yang kita lakukan, sehinga pujian dan ketenaran pun datang. Juga jika kita
merasa bangga dengan suatu amalan yang kita lakukan, meski orang lain tidak
melihatnya sehingga kita merasa lebih baik dan saleh dari orang lain.
Untuk itu,
disebabkan riya dan semua derivatnya merupakan perbuatan dosa dan sifat
orang-orang munafik, karenanya kita umat Islam harus mampu membentengi dan
melindungi setiap amalan yang dilakukan dari riya, dengan menghidupkan sikap
tasawuf yaitu merasa rendah hati, takut amal tidak diterima dan hanya selalu
berharap kepada Allah untuk memberikan kasih sayangnya.
Demikian antara
lain disampaikan Tgk Saifullah AR, Wakil Pimpinan Dayah Ruhul Falah Samahani,
Aceh Besar, saat mengisi pengajian rutin Kaukus Wartawan Peduli Syariat Islam
(KWPSI) di Rumoh Aceh Kupi Luwak, Rabu (10/5/2017) malam.
"Tauhid
itu fondasi agama, amal ibadah itu bangunannya dan tasawuf sebagai pagar untuk
melindungi amalan dari riya. Ibadah itu tidak boleh riya, harus ikhlas. Dilihat
atau tidak, dipuji atau tidak ibadah kita harus tetap sama tidak boleh kurang
sedikitpun. Ada tidaknya pujian terserah orang, jangan sampai bangga,"
ujar Tgk Saifullah yang juga Ketua (Rais) Syuriah PCNU Kabupaten Aceh Besar.
Ia menambahkan,
karena riya’ itu dapat menggugurkan pahala amal sekaligus merusaknya dan
mendatangkan kemurkaan Allah, maka harus ada usaha yang serius untuk
menghilangkannya.
"Setan memang selalu menghiasi ibadah kita kepada Allah
dengan rasa bangga dengan manusia, senang dipuji. Bahkan, orang alim dan saleh
pun terkadang ikut terkena penyakit riya jika tidak cepat-cepat
menyadarinya," ungkapnya.
Guna
menghindari timbulnya riya, salah satu pilar yang mesti ada dalam ibadah
seorang muslim adalah rasa takut (khauf) jika sampai ibadahnya tidak diterima
Allah. Dimana dengan adanya rasa takut, seorang hamba akan termotivasi untuk
rajin mencari ilmu dan beribadah kepada Allah agar bebas dari murka dan
azab-Nya. Selain itu, rasa takut inilah yang juga dapat mencegah keinginan
seseorang untuk berbuat maksiat.
Rasa takut ada
bermacam-macam, namun yang takutnya seorang muslim ialah takut akan pedihnya
sakaratul maut, rasa takut akan azab kubur, rasa takut terhadap siksa neraka,
rasa takut akan mati dalam keadaan su'ul khatimah (mati dalam keadaan sedang
bermaksiat kepada Allh), rasa takut akan hilangnya iman dan lain sebagainya.
Hal lainnya
adalah, adanya harapan (Raja’) agar ibadah kita diterima oleh Allah supaya
timbul keikhlasan. Rasa harap yang dimaksud antara lain harapan akan
diterimanya amal kita, harapan akan dimasukkan surga, harapan untuk berjumpa
dengan Allah, harapan akan diampuni dosa, harapan untuk dijauhkan dari neraka,
harapan diberikan kehidupan yang bahagia di dunia dan akhirat dan lain
sebagainya.
Rasa harap
inilah yang dapat mendorong seseorang untuk tetap terus berusaha untuk taat,
meskipun sesekali dia terjatuh ke dalam kemaksiatan namun dia tidak putus asa
untuk terus berusaha sekuat tenaga untuk menjadi hamba yang taat. Karena dia
berharap Allah akan mengampuni dosanya yaitu dengan jalan bertaubat dari
kesalahannya tersebut dan memperbanyak melakukan amal kebaikan.
"Bila
seseorang merasa takut dengan perbuatan riya ini, maka ia akan selalu
berhati-hati. Bila bergejolak penyakit ingin dipuji dan disanjung, ia akan
mengingatkan dirinya tentang bahaya riya’ dan kemurkaan Allah yang akan ia
peroleh. Hendaknya kita senantiasa mempelajari pintu masuk serta halusnya riya
, sehingga ia benar-benar selamat darinya," terang Anggota Majelis
Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh Besar ini.
Pada pengajian
tersebut Tgk Saifullah juga ikut membahas beberapa rahasia puasa menjelang
datang bulan suci Ramadhan 1438 H, dengan membacakan kitab 'Sirus Salikin'
"Tingkatkan
ibadah puasa kita tahun ini lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya dengan tetap
menjaga keikhlasan. Baca Al-Quran, terawih, tahajjud dan bersedekah dan menjaga
lisan di bulan suci ini. Dari tahun ke tahun harus ada perbaikan,"
jelasnya seraya menambahkan puasa yang benar itu akan menjadi benteng dari api
neraka.