Foto : Google
PENTINGNYA
menjaga lisan adalah suatu kewajiban bagi setiap insan, karena melalui lisan
banyak hal kebaikan yang di dapatkan. Mulai dari mengajak kepada kebaikan dan
juga melalui lisan pesan-pesan dakwah dapat tersampaikan.
Namun tidak jarang lisan
menjadi penyebab terjadinya perang dan hancurnya ukhwah umat. Terkadang hanya
karena lidah tidak bertulang kita mengabaikan bahwa dia lebih berbisa dari ular
yang berkeliaran dihutan. Sungguh sangat berakibat fatal jika kita tidak pandai
menjaga lisan, sehingga kelalain dalam menjaga lisan/mulut sering diibaratkan
dengan harimau yang bisa memangsa sesiapapun yang tidak baik dalam menjaga lisannya.
Begitu banyak manfaat
apabila kita menggunakan lisan untuk hal kebaikan, namun terkadang kita sering
lalai dalam menjaganya. Kita tidak mampu mengendalikan lisan kita sendiri dari
hal keburukan terutama dalam hal menceritakan kejelekan orang lain (ghibah).
Tentunya ghibah ini sudah menjadi tradisi bagi setiap insan yang lalai dalam
menjaganya.
Kebiasaan buruk yang
terus menepikan banyak hal kebaikan sehingga menjerumuskan setiap langkah kaki
kejurang yang sangat mengerikan. Kita mengetahui bahwa ghibah itu sangat
dilarang dalam Islam, orang yang melakukannya bagaikan telah memakan daging
bangkai saudaranya, sebagaimana firman Allah SWT :
Artinya: “dan janganlah saling mengumpat setengah di
antara kamu pada setengahnya (yang lain). sukakah salah seorang dari kamu makan
daging bangkai saudaranya yang telah mati, pasti kamu jijik (enggan)” (Q.S.
Al-Hujurat :12).
Oleh karena itu, seyogyanya
bagi umat Islam, menjaga perkataanya agar tidak menceritakan kejelekan orang
lain tidak terjerumus dalam perbuatan ghibah. Banyak orang beranggapan bahwa
menceritakan kejelakan orang yang benar-benar dimilikinya bukanlah ghibah.
Padahal itulah yang
dinamakan ghibah. Seseorang yang telah tergelincir lisannya dengan menceritakan
kejelekan orang lain, sesungguhnya telah berbuat dosa, sedangkan kejelekan
orang yang diceritanya akan berpindah kepadanya sementara kebaikannya akan
pindah kepada orang yang diceritakannya.
Selain itu, apabila orang
yang diceritakan tersebut mendengar bahwa kejelakannya diceritakan, tentu saja
ia akan marah dan hal ini menimbulkan permusuhan. Oleh karena itu, setiap orang
Islam harus berusaha untuk tidak menceritakan kejelekan orang lain atau lebih
baik diam. Hal itu akan lebih menyelamatkannya, baik didunia maupun diakhirat.
Sebagaimana dalam Hadits Rasulullah SAW, yaitu :
Artinya: “barang siapa yang beriman kepada Allah dan
hari akhir, dia harus berkata baik atau diam”.
Sesungguhnya ucapan
seseorang itu menentukan kebahagiaan dan kesengsaraan dirinya, orang yang
selalu menggunakan lisannya untuk berbicara baik, memerintah kepada kebaikan
dan melarang kepada kejelekan, membaca Al-Qur’an, membaca ilmu pengetahuan dan lain sebagainya.
Ia akan mendapatkan kebaikan dan dirinyapun terjaga dari kejelekan.
Sebaliknya orang yang apabila menggunakan lisannya untuk berkata-kata jelek
atau menyakiti orang lain, ia akan mendapat dosa.
Memang sangat sulit untuk
mengatur lisan agar selalu berkata baik atau diam. Akan tetapi kalau berusaha
untuk membiasakannya, tidaklah sulit apalagi kalau sekedar diam. Biar
bagaimanapun juga lebih baik diam daripada berbicara yang tidak berguna dan
karuan.
Rasulullah SAW bersabda :
Baca Juga :