Foto: Muslim.Or.Id |
KEIKHLASAN merupakan satu diantara amalan utama kaum muslimin yang
beriman dan bertaqwa kepada Allah subhanahu wata’ala. Amalan ini sudah menjadi
rutinitas utama dan juga hal yang paling dasar yang mestinya dilakukan, Sudah
menjadi kesibukan kaum muslimin untuk berusaha ikhlas dalam segala amalan yang telah mereka lakukan, dan sudah menjadi
prinsip kewajiban seorang mukmin untuk trus berusaha mengihklaskan niat kepada
Allah dari segala Amalan apapun.
Perkara keikhlasan adalah amalan hati, yang dimana itu
berhubungan niat murni suatu Amalan yang
ingin dilakukan, berbicara masalah keikhlasan berarti juga berbicara perkara
niat, dan yang seperti kita ketahui bahwa Amalan seseorang akan bergantung
dengan apa yang telah diniatkan pada dirinya dahulu.
Niat adalah komponen utama dalam setiap amalan, dan amalan
apapun bergantung juga padanya, sehingga
apapun perbuatan yang dilakukan besar maupun kecil perbuatan tersebut semuanya
tergantung pada tingkat niat yang ada didalamnya, jika niat itu baik maka
baiklah yang dilakukan jika niatnya buruk maka buruklah di lakukan, Begitu pula
dalam hasilnya jika niat baik maka hasilnya juga baik namun Niat buruk
sebaliknya.
Hal ini pernah diterangkan oleh Rasulullah Shalallahu ‘alaihi
Wassalam dalam sebuah hadits yang shahih dari Umar bin khattab RadhiyaAllahu
‘anhu beliau berkata, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi Wassalam Bersabda :
" Sesungguhnya
seluruh amal itu tergantung kepada niatnya, dan setiap orang akan mendapatkan
sesuai niatnya. Oleh karena itu, barangsiapa yang berhijrah karena Alloh dan
Rosul-Nya, maka hijrahnya kepada Alloh dan Rosul-Nya. Dan barangsiapa yang
berhijrah karena (untuk mendapatkan) dunia atau karena wanita yang ingin
dinikahinya maka hijrahnya itu kepada apa yang menjadi tujuannya (niatnya).”
(Diriwayatkan
oleh dua imam ahli hadits; Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrohim bin
Mughiroh bin Bardizbah Al-Bukhori (Imam Bukhari) dan Abul
Husain Muslim bin Al-Hajjaj bin Muslim Al-Qusairy An-Naisabury (Imam Muslim) di dalam kedua kitab mereka yang merupakan
kitab paling shahih diantara kitab-kitab hadits (kitab Ash shahihain).
Selain Berhubungan dengan
penempatan niat yang bergantung dengan apa yang telah dilakukan Hadits
ini juga membahas mengenai kewajiban bagi kita untuk menempatkan amalan niat ikhlas dalam melakukan sebuah Amalan.
Dalam kitab Minhajus Sunnah, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah
Rahimahullah pernah berkata:
“Sesungguhnya amalan-amalan berbeda tingkatannya
sesuai dengan perbedaan tingkatan keimanan dan keikhlasan yang terdapat dalam
hati. Dan sesungguhnya ada dua orang yang berada di satu shaf shalat tetapi
perbedaan nilai shalat mereka berdua sejauh antara langit dan bumi”.
Begitu juga dalam beribadah kepada Allah Seperti contohnya shalat yang telah dilakukan. Hal
tersebut sudah menjadi Prinsip orang beriman untuk selalu menempatkan ibadahnya
dengan niat ikhlas hanya kepada Allah Subhanahu wata’ala Semata bukan kepada
Selainnya, Niat ikhlas inilah yang menjadi kunci keberhasilan Amalan tersebut
diterima atau tidaknya oleh Allah subhanahu Wata’ala dan menjadi Salah satu
Sarana Pokok dalam Tauhid yaitu
memurnikan ibadah kepada Allah dan menjauhi segala Kesyirikan.
Berkata Ibnu
Rajab Al-hambaly “Jika tauhid seorang hamba dan keikhlasannya kepada Allah
Subhanahu wata’ala dalam tauhidnya sempurna dan memenuhi seluruh persyaratan
tauhid dengan hatinya dan lisannya serta anggota tubuhnya, atau hanya hatinya
dan lisannya tatkala ia meninggal, hal yang mencegahnya sehingga sama sekali
tidak masuk Neraka”.(Jami’ul Ulum wal Hikam, hlm. 398)
Begitulah keadaan bagi seseorang yang memiliki tauhid yang
sempurna serta memilki keikhlasan kepada Allah subhanahu wata’ala dalam
tauhidnya itu mungkin menjadi penyebab akan mendatangkan pengampunan terhadap dosa
yang telah lalu dan bahkan seseorang tersebut terhindar dari api neraka.
Namun yang fenomena yang terjadi di zaman ini sebaliknya,
banyak orang yang beriibadah kepada Allah, mengaku dirinya telah ikhlas beriibadah kepada Allah tapi sayang ibadahnya
belum ada niat yang ikhlas sedikitpun didalamnya, itu dikarenakan pula ia beribadah
kepada Allah dan masih suka menyandingkan kepada selainnya, memakai wasilah
(perantara) tertentu yang wasilah pun itu jauh dari Tuntunan Rasulullah
Contohnya seperti Seseorang beriibadah
kepada Allah namun disamping ia beriibadah dia juga melakukan menempatkan
ibadah tersebut kepada selainnya,
seperti meminta perantara orang yang sudah wafat dengan dalih orang tersebut
shalih, meminta kemudahan dan juga
keberkahan kepada benda gaib/ keramat dan hal lain kepada selain Allah layaknya kaum jahiliah di
zaman para ambiya’ yang mereka beriibadah kepada Allah tapi menyandingkan
ibadah tersebut seperti dengan patung anak sapi, penyembahan latta dan uzza
oleh kafir Quraisy pada masa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam, sehingga
inilah yang Jauh dari makna ibadah ikhlas beriibadah kepada Allah, ini lah yang tidak benar dan sangat fatal
sekali jika hal tersebut diterapkan.
seharusnya kita sebagai kaum muslimin yang
beriman dan juga bertaqwa kepada Allah beriibadah kepada Allah dengan niat ikhlas menempatkan ibadah tersebut hanya kepadanya semata adalah hal utama dan
merupakan Intisari dari salah satu pokok dalam
Tauhid sesungguhnya, kenapa kita masih suka menyandingkan ibadah kita
kepada selain Allah?
tahukah kita, seseorang yang telah berbuat salah satu dosa Besar yang konsenkuensinya
berat sampai-sampai Amalan yang dikakukan sia-sia dan bahkan sebelum kita bertaubat dosa kita tidak diampuni,
sedangkan Allah sudah menegaskan dalam Alqur’an untuk beriibadah dan
menempatkan niat ikhlas kita dalam beriibadah hanya kepadanya bukan selai-Nya.
Sebagaimana Allah
subahanahu Wata’ala Berfirman didalam
Alqur’an:
Artinya : dan aku tidak menciptakan jin dan manusia
melainkan supaya mereka menyembah kepada-Ku (QS. Adz-Dzariyat: 56).
Dan juga firman Allah:
Artinya : dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu
jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu
dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya
sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu
mengatakan kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu
membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia. (QS.
Al-Isra’ : 23).
Dari ayat diatas, Telah dapat kita ketahui bahwa Allah
subahanhu wata’ala senantiasa mengingikan kita selalu beribadah kepada-Nya dan melarang menyembah
kepada selain-Nya. Begitu juga dalam penempatan niat keikhlasan beribadah Allah
juga melarang kalau sampai niat kita bukan karena-Nya.
Dan dari
penjelasan ayat diatas juga telah jelas diterangkan bahwa sudah menjadi kewajiban
bagi kita setiap manusia hanya menyembah kepada Allah subhanahu wata’ala dan
menhambakan diri secara ikhlas hanya karena-Nya bukan kepada selainya, Maka ikhlas ini sudah pasti menjadi komponen utama dalam setiap peribadahan kita kepada Allah.
Selain itu Amalan seperti berbakti kepada orang tua juga itu merupakan salah
satu ibadah kita kepada Allah yang wajib dilakukan dan harus ikhlas untuk
melakukanya.
Berbicara masalah ikhlas, Dalam buku karangan ustadz Firanda
adirja Lc,M.A. dengan judul “Berjihad melawan Riya dan Ujub" beliau
menjelaskan pada awal muqaddimah bukunya
bahwa keikhlasan adalah perkara yang menyibukkan orang-orang bertakwa . yang
dimana sesungguhnya tujuan agama ini ialah mengikhlaskan atau memurnikan ibadah
hanya untuk Allah subhanahu wata’ala semata. Jadi apa makna ikhlas itu? ikhlas secara etimologi berasal dari bahasa
arab yaitu خلص yang berarti sesuatu yang murni yang tidak
tercampur dengan sesuatu yang mencampurinya sedangkan menurut istilah ada
banyak pendapat ulama yang menjelaskannya namun salh satunya menyimpulkan bahwa
ikhlas itu ialah menjadikan Allah sebagai tujuan tatkala beribadah”
Maka bisa kita simpulkan bahwa yang dimaksud dengan ikhlas
ialah menjadikan tujuan dalam beribadah hanya kepada Allah subhanahu wata’ala
semata bukan kepada yang lain.
Lalu apa-apa saja langkah yang dapat dilakukan dalam
merealisasikan makna ikhlas itu sendiri dalam ibadah kita kepada Allah:
1. Menempatkan segala apapun ibadah hanya kepada Allah
subhanahu wata’ala semata.
2. Menjauhi segala penyakit yang menghalangi terbentuknya
dan terealisasikannya niat ikhlas tersebut.
3. Memahami makna keikhlasan tersebut dan keutamaan
melakukanya dan lainnya
Ada Sebuah untaian nasihat indah dari salah seorang ulama salaf kita terdahulu,
Ibnul Mubarak Rahimahullah pernah berkata: “ Betapa banyak Amalan Kecil
menjadi bernilai besar hanya karena niat, dan betapa banyak amalan besar
menjadi bernilai kecil hanya karena niat”.
Oleh karena Itu, Ikhwahfillah yang dirahmati Oleh Allah
subhanahu wata’ala mari kita berbenahkan niat, niat keikhlasan
dalam beribadah kepada Allah
merupakan sebuah hal utama yang wajib dilakukan disetiap aktivitas
apapun yang kita lakukan, sudah menjadi Prinsip seorang muslim untuk
menempatkan niat ikhlas dalam ia
melakukan sebuah amalan terutama dalam beribadah kepada Allah subhanahu
wata’ala bukan kepada selain-Nya. [Rizki Ananda]/Rzk
BACA JUGA :