Foto Google
JIKA uang
bisa bicara, maka ia akan berkata, “Aku adalah Uang. Aku adalah Raja bagi
manusia! Wajahku memang biasa saja, fisikku juga lemah, tapi aku mampu merombak
tatanan dunia sesuai kehendak hati manusia-manusia yang memilikiku. Aku juga bisa merubah sesuatu
yang tadinya tidak mungkin menjadi sangat mungkin. Jadi, akulah pengendali
manusia.
Aku juga
"bisa" merubah 'perilaku bahkan sifat manusia' karena manusia begitu
mengidolakan aku. Aku bisa membuat suami isteri bertengkar hingga berujung
perceraian bahkan pembunuhan karena memperebutkan aku. Aku juga bisa membuat anak memusuhi orang tuanya karena
tak puas
memilikiku. Bahkan, aku bisa membuat orang menjadi sombong layaknya
Fir’aun.
Banyak
orang berubah kepribadiannya, mengkhianati teman, melacurkan diri, bermuka dua,
bahkan meninggalkan keyakinan imannya, demi aku! Sebegitu menariknyakah aku
sehingga membuat orang yang kuat imannya sekalipun rela menukar akidahnya? Di
sebuah desa bahkan ada sekelompok orang yang menjual akidahnya hanya karena
aku. Sebegitu berharganyakah aku di hati setiap manusia? Aku semakin menyadari,
ternyata aku benar-benar Raja bagi manusia.
Aku memang
tidak pernah mengenyam pendidikan apa pun. Karena
itu aku tidak akan pernah tahu dan mengerti perbedaan orang
saleh (baik) dan salah (buruk) seperti apa. Namun, manusia
memakai aku sebagai patokan derajat dan kasta sosialnya. Mereka menjadikan aku untuk menentukan antara orang
kaya dan orang miskin. Lebih ajaib lagi, mereka menjadikan aku sebagai penentu
apakah orang tersebut terhormat atau terhina di muka bumi fana. Ini benar-benar hebat bukan?
Sungguh,
sebegitu mulianyakah aku dihadapan setiap makhluk yang bernama manusia? Yang aku pernah dengar, jika aku ada di
tangan orang-orang saleh itu, maka ia akan menggunakan aku untuk menabung
kebaikannya. Namun, sedikit sekali yang bisa berbuat baik melalui diriku.
Aku sungguh telah menjadi penentu dalam setiap perkara yang diputuskan
manusia.
Aku memang
bukan segala-galanya, tapi hampir segala sesuatu memakai jasaku. Luar biasa aku
ini di mata manusia. Aku memang bukan iblis, tapi banyak orang yang melakukan kekejian demi aku. Aku juga bukan
orang ketiga, tapi banyak suami isteri pisah gara-gara aku.
Aku juga
bukan siapa-siapa dalam hubungan antara anak dan orang tua, tapi banyak anak dan orang tua berselisih gara-gara aku. Aku tidak pernah memihak
yang benar dan yang salah, tapi tak sedikit orang yang memakai jasaku untuk
melanggengkan kesalahan dan menumbangkan setiap kebenaran.
Sangat
jelas, aku juga bukan Tuhan Yang Maha Esa yang menciptakan segala sesuatu, tapi
mengapa banyak manusia menyembahku sama seperti mereka menyembah Tuhan yang
diimaninya. Bahkan, seringkali hamba-hamba Allah itu lebih menghormati aku dari
pada Tuhan yang telah menciptakannya, padahal Allah jauh-jauh hari sudah
berpesan agar manusia jangan menjadi hamba uang.
Seharusnya
aku melayani manusia, tapi mengapa malah banyak manusia mau dan setia menjadi budakku?! Aku tidak pernah
mengorbankan diriku untuk siapa pun, tapi banyak orang yang rela mati hanya demi aku.
Perlu aku ingatkan, aku hanya bisa menjadi alat bayar resep obat Anda, tapi tidak mampu
memperpanjang hidup Anda.”
Uang memang sebuah kertas tak berguna, apalah arti sebuah kertas bukan? Tapi lewat
kertas itu manusia bisa membeli bahan makanan, pakaian, rumah, mobil bahkan
memiliki wanita sekalipun. Intinya,
uang adalah sebuah kebutuhan, tapi bukan obsesi. Uang memang bukan segalanya,
tapi setiap orang membutuhkan uang. Melalui
uang, sebagian orang bisa melakukan
banyak hal dari pada orang
yang tidak memilikinya. Tetapi seberapapun pentingnya uang, masih ada hal yang
tidak bisa dibeli dengan uang.
Ada beberapa hal yang tidak bisa dibeli oleh uang, antara
lain sebagai berikut:
Pertama, Waktu. Uang tidak
akan pernah bisa mengembalikan waktu yang telah berlalu. Setelah hari berganti,
maka waktu 24 jam tersebut akan hilang dan tidak akan kembali lagi.
Karena itu, gunakan setiap kesempatan yang ada untuk menyatakan perhatian dan
kasih sayang kepada orang yang sangat kita sayang dan cintai, sebelum waktu itu
berlalu dan kita menyesalinya.
Andaikan Anda punya uang yang jumlahnya seluas langit dan
bumi pun untuk mengembalikan waktu walau hanya sedetik, maka Anda tidak akan
pernah berhasil. Karena itu, jangan sekali-kali Anda mengatakan mudah selama
Anda punya uang. Hingga dunia ini kiamat pun, uang tidak akan pernah mampu
mengembalikan waktu. Jadi, jangan tukar waktu kebersamaan Anda dengan keluarga,
dengan majelis ilmu hanya karena ingin mencari uang.
Kedua, Kebahagiaan. Memang
kedengarannya aneh, tapi inilah kenyataannya. Uang memang bisa membuat manusia merasa
senang karena bisa membiayai apa pun yang diinginkan. Namun, uang tidak akan pernah bisa menghadirkan secercah
kebahagiaan dari dalam lubuk hati seseorang. Uang
bisa saja membeli apa pun yang dimaui, tapi uang tidak akan pernah bisa membeli
kebahagiaan seorang manusia.
Seorang isteri akan merasa
sangat bahagia saat suaminya menguatkan ketika sang isteri sedang dalam kondisi
‘down’. Motivasi dari seorang suami kepada isterinya saat ia sedang
mendapatkan ujian adalah sebuah kebahagiaan tak terhingga bagi seorang isteri.
Kebahagiaan yang takkan pernah terbayar meski dengan uang setumpuk gunung.
Ketiga, Kebahagiaan
Anak. Untuk membelikan makan dan pakaian yang bagus buat anak
tercinta memang membutuhkan uang. Tapi Anda tidak bisa menggunakan uang untuk
memberi rasa aman, tanggung jawab, sikap yang baik serta kepandaian pada anak
Anda. Hal ini merupakan buah dari waktu dan perhatian yang Anda curahkan untuk
mereka dan hal–hal baik yang Anda ajarkan.
Uang memang membantu kita memenuhi aspek pengasuhan, tapi
waktu telah membuktikan bahwa kebutuhan dasar setiap anak adalah berapa banyak
waktu yang diberikan orangtuanya, bukan orangnya. Anak-anak kita akan merasa nyaman dan damai saat
orang tuanya dengan tulus merawatnya.
Keempat, Cinta. Cinta tidak
bisa dibeli dengan uang, akuilah hal ini benar. Memang dengan uang kita bisa
membuat orang tertarik, tapi cinta berasal dari rasa saling menghargai,
perhatian, berbagi pengalaman dan kesempatan untuk berkembang bersama. Itu
sebabnya banyak pasangan yang menikah karena uang, tidak akan pernah langgeng.
Betapa banyak wanita yang
memilih menikah dengan lelaki yang secara ekonomi pas pasan saja? Sebaliknya,
tak sedikit wanita yang tersiksa batinnya dan menggugat untuk bercerai dari
suaminya yang kaya raya namun berperilaku buruk? Jadi, uang tidak akan pernah
bisa membeli cinta, sebab cinta itu suci dan tumbuh dari hati yang tulus.
Kelima, Penerimaan. Untuk
diterima oleh lingkungan pergaulan, Anda tidak memerlukan uang. Bila
Anda ingin diterima, fokuskan energi Anda untuk membuat diri Anda berharga bagi
lingkungan sekitar dengan menjadi teman dalam suka dan duka. Jadilah pribadi yang bermanfaat
dengan memaksimalkan dua telinga Anda untuk menjadi pendengar yang baik bagi
mereka.
Sekali lagi, jadilah pribadi
yang penuh manfaat, sebab hanya dengan menjadi pribadi yang banyak memberi
manfaat saja Anda akan bernilai, bahkan
lebih bernilai dari selembar uang. Penerimaan sebuah lingkungan atas keberadaan
Anda, jauh lebih besar maknanya bila dibanding tumpukan uang dalam genggaman
Anda.
Keenam, Kesehatan. Kita memang memerlukan uang untuk biaya perawatan dan membeli obat, tapi uang tidak bisa
menggantikan kesehatan yang hilang. Itu sebabnya ada pepatah mengatakan ‘lebih
baik mencegah dari pada mengobati’ sebaiknya kita perlu terapkan. Mulailah
berolahraga, berhenti merokok, dan banyak hal positif lain yang pasti sudah Anda
tahu.
Bila Anda sakit, berapa banyak
uang yang akan dikeluarkan untuk mengembalikan kesehatan itu. Tak perduli dari
mana uang itu didapatkan, yang penting Anda bisa mengembalikan kesehatan
seperti sediakala.
Ketujuh, Kesuksesan. Beberapa
orang memang ada yang mencapai kesuksesan dengan menyuap, tapi ini adalah
pengecualian. Kesuksesan hanya berasal dari kerja keras, kemauan, keuletan dan
sedikit kemujuran. Ada aspek kecil dari usaha menuju sukses yang bisa
didapatkan dengan uang, misalnya mengikuti pelatihan atau membeli peralatan,
tapi sukses lebih banyak berasal dari usaha yang Anda lakukan sendiri.
Jadi, jangan pernah menilai
orang-orang yang sukses itu karena mereka mempunyai banyak uang sehingga bisa
membeli kesuksesan itu. Uang, hanya alat bagi mereka untuk meraih pendidikan
yang berfungsi sebagai pemandu untuk membedakan mana jalan yang baik dan yang
salah. Jadi, salah jika Anda beranggapan kesuksesan itu hanya bisa dibeli
dengan uang.
Kedelapan, Sikap yang
baik
(Akhlak). Banyak orang yang kaya raya tapi sikapnya kasar, ucapannya
sinis lagi
penuh keangkuhan. Namun, tidak sedikit orang hidup penuh kesederhanaan,
tapi tutur katanya sopan, menunjukkan rasa hormat pada orang lain. Ia lebih mudah tersentuh bila
melihat orang lain dalam kepedihan. Ia lebih mudah berempati kepada orang tak
dikenal sekalipun.
Jadi,
jumlah uang yang dimiliki tidak bisa menjadi penentu
sikap seseorang untuk menjadi baik atau buruk. Sebaliknya, orang yang dikendalikan oleh uang,
justeru akan membuatnya berpura-pura baik dan tulus dalam membantu agar ia
disebut sebagai orang yang dermawan, baik hati dan gemar membantu.
Kesembilan, Kedamaian. Andaikan uang bisa
membeli kedamaian, barangkali kita tak lagi mendengar tentang perang. Justeru yang
sering terjadi sebaliknya, uanglah yang menjadi sumber pertikaian dan
permusuhan. Uang pula yang menjadi motivasi
negara yang satu menginvasi negara yang lain. Uang melahirkan keserakahan yang
satu kepada yang lain. Uang pula yang
melahirkan banyak koruptor.
Uang pula yang membuat manusia
beradab jadi biadab, manusia bijak jadi pembajak, manusia benar menjadi salah,
manusia lurus menjadi bengkok. Uang, benar-benar telah mengubah paradigma
banyak orang dalam menilai sesuatu. Tak heran, kebenaran pun eksistennya bisa
terbeli hanya karena selembar uang. Demi segepok uang, banyak orang rela
menjadi pecundang, pengkhianat, munafik dan melacurkan dirinya.
Jadi, jika suatu
hari nanti Anda di panggil Allah melalui Malaikat Izrail, maka uang akan
berkata, “Aku tidak akan pernah bisa menemani Anda, apalagi menjadi penebus
dosa-dosa yang pernah Anda lakukan. Anda harus menghadapi sendiri dengan sang
Pencipta, lalu menerima penghakiman-NYA. Saat
itu, Allah akan menghisab Anda, apakah selama hidup Anda mengunakan aku dengan
baik, atau sebaliknya menjadikan aku sebagai Tuhan!”
Luruskan niat dalam mencari
uang, agar uang itu berkah dan memberi manfaat yang banyak dan bisa menjadi wasilah
(sarana) dalam meraih ridha Allah Ta’ala.
Oleh Bahron Ansori (Pemerhati sosial agama, tinggal di Majalengka)/Tek
Baca Juga:
Baca Juga: