KARAKTER ini
merupakan pilar pertama terbentuknya masyarakat islam maupun tertegaknya sistem
islam dimuka bumi serta menjadi tiang penyangga peradaban dunia.
Kesepuluh karakter itu antara lain sebagai berikut.
Pertama, Salimul Aqidah
(akidah yang bersih) | Muslimah sejati
itu mempunyai akidah yang bersih dari perbuatan syirik. Dia sangat memahami
bahwa syirik adalah perbuatan yang tak terampuni di mata Allah Ta’ala. Karena
itu, dalam setiap sujud di keheningan malam, seorang muslimah sejati akan
menangis dan benar-benar takut kepada Allah jika sampai terjerumus dalam
perbuatan syirik. Dalam kehidupan sehari-hari ia akan menjaga pergaulan dari
teman-teman yang bisa menjerumuskannya dalam kesyirikan.
Di antara doa
yang selalu ia panjatkan kepada Allah untuk berlindung dari kesyirikan adalah
sebagai berikut:
"Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu
dari perbuatan syirik (menyekutukan-Mu) sedangkan aku mengetahuinya. Dan aku
memohon ampun kepada-Mu terhadap kesyirikan yang tidak aku ketahui." (HR. Ahmad dan
Shahih Abi Hatim serta yang lainnya, shahih).
Kedua, Shahihul Ibadah (benar ibadahnya) | Muslimah sejati, akan berhati-hati dalam beribadah. Ia
tidak akan melakukan ibadah apa pun jika ibadah itu tak ada sumbernya yang
jelas dari Al Quran dan As Sunnah. Ia sangat berhati-hati mengamalkan ibadah
jika ibadah itu tidak pernah dicontohkan oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam
bersama para sahabatnya. Baginya, lebih baik orang sekampung membencinya asal
ia tetap dalam menegakkan sunnah, dari pada melakukan amalan bid’ah (sesat).
Ia selalu ingat
sabda Nabi Shallalahu ‘Alaihi Wasallam,
“Siapa melakukan suatu amalan yang bukan berasal dari kami,
maka amalan tersebut tertolak” (HR. Muslim
no. 1718)
Ketiga, Matinul Khuluq (akhlaknya mulia) | Muslimah
sejati akan menjaga akhlaknya agar tetap berakhlak mulia. Ia tidak sombong
kepada siapa pun, tapi ia sangat berhati-hati dalam memilih teman bergaul.
Sebab ia tahu, berteman dengan wanita yang shaleh maka akan mendapatkan
keberkahan keshalehannya pula. Sebaliknya, jika bersabahat dengan wanita yang
tidak mengenal agama dan sering bermaksiat kepada Allah, maka ia juga akan
mengikutinya.
Seperti dalam
sebuah sabdanya, Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Perumpamaan teman yang shalih dengan yang buruk itu seperti penjual minyak
wangi dan tukang pandai besi. Berteman dengan penjual minyak wangi akan
membuatmu harum karena kamu bisa membeli minyak wangi darinya atau
sekurang-kurangnya mencium ban wanginya. Sementara berteman dengan pandai besi
akan membakar badan dan bajumu atau kamu hanya akan mendapatkan bau tidak
sedap.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Karena
akhlaknya mulia, sehingga ia disenangi semua orang. Karena akhlaknya lurus dan
baik, kehadirannya selalu dinanti banyak orang. Dimanapun ia berada, senantiasa
memberi kebaikan kepada semua orang. Kepergiannya, akan melahirkan kepiluan
banyak orang, sebab akhlak mulianya sudah melekat kuat di sanubari setiap
orang. Setiap kali namanya disebut, yang teringat adalah akhlak-akhlaknya yang
mulia. Banyak orang yang tertawan karena kemuliaan akhlaknya.
Keempat, Qowiyul Jismi
(fisiknya kuat) | Muslimah sejati
menyadari benar bahwa fisiknya kelak akan menanggung beban dengan mengandung
anak-anaknya, melahirkan, merawat dan mendidik mereka hingga tumbuh dewasa dan
menjadi orang-orang yang dinanti-nantikan oleh Islam dan kaum Muslimin. Selain
itu, muslimah yang sehat dan tidak mudah sakit, akan mudah melayani suaminya
dalam segala hal.
Betapa banyak
muslimah-muslimah dari kalangan shahabiyah yang memiliki fisik kuat. Dengan
kekuatan fisik yang dimilikinya itu, mereka turut andil dalam jihad fi
sabilillah. Satu di antara para muslimah yang memiliki fisik yang kuat itu
adalah Al-Khansa Binti Amru, Ibunda Para
Syuhada. Berikut adalah nasihatnya kepada
seluruh putranya.
Suatu hari, Al-Khansa dan mengumpulkan semua anak-anaknya dan
berkata, "Wahai anak-anakku, sesungguhnya kalian memeluk agama ini
tanpa paksaan dan berhijrah dengan kehendak sendiri. Demi Allah, yang tiada
Tuhan selain Dia. Sesungguhnya, kalian adalah putra-putra dari seorang lelaki
dan dari seorang perempuan yang sama. Jika kalian melihat perang di jalan-Nya,
singsingkanlah lengan baju kalian dan berangkatlah. Majulah hingga barisan
depan, niscaya engkau akan mendapatkan pahala di akhirat tepatnya di negeri
keabadian. Berangkatlah kalian dan bertempurlah hingga syahid menjemput
kalian."
Keempat puranya pun bergegas
menuju medan perang. Mereka saling berjuang melawan musuh-musuh Allah dan
berhasil membunuh banyak pasukan Persia. Pada akhirnya syahid datang dan
menjemput mereka.
Mendengar syahid keempat
anak-anaknya, bukan air mata yang mengalir deras, melainkan ungkapan rasa
syukurnya sambil berkata, "Alhamdulillah, yang telah memuliakanku
dengan syahidnya putra-putraku. Semoga Allah, segera menjemputku dan
mempertemukan aku dengan mereka dalam naungan rahmat-Nya di Firdaus-Nya yang
luas."
Kelima, Mutsaqoful
Fikri (luas akal pikirannya) | Muslimah sejati akan selalu memanfaatkan waktunya untuk menuntut ilmu,
banyak membaca buku-buku bermanfaat, sehingga ilmunya bertambah luas. Dengan
akal pikirannya yang luas, ia tidak akan mudh memponis orang lian salah lalu
membenarkan dirinya. Ia justeru sangat berhati-hati dalam berkata dan menilai
setiap permasalahan. Dengan akal pikirannya yang luas itu pula, ia mampu
menjadi pemecah masalah yang dihadapi teman-temannya.
Bersyukurlah
para lelaki yang bisa mempunyai istri seorang muslimah yang luas akal
pikirannya. Bersyukurlah sebab muslimah seperti itulah kelak yang bisa
melahirkan generasi yang mengenal Allah, Rasul dan Kitab Suci-Nya. Selain itu,
wawasan berfikirnya yang luas menjadi modal untuk menangkap berbagai informasi
serta perkembangan yang terjadi di sekitarnya (tidak ketinggalan jaman).
Keenam, Qodirun ‘alal
Kasbi (mampu berusaha). Seorang
muslimah sejati, ia mampu berdiri dan mandiri di atas kakinya sendiri. Ia tahu,
kelak ketika ia menikah nanti, maka semua kebutuhan hidupnya akan menjadi
tanggung jawab suaminya. Tapi, ia begitu sadar bahwa hidup dan ‘menggantungkan’
beban hidup sepenuhnya kepada suaminya bukanlah hal bijak (kecuali jika
suaminya orang yang berharta). Melihat kondisi suaminya yang berat menanggung
beban hidup sendiri, maka membuatnya ingin membantu dan berusaha untuk mandiri.
Jadilah ia
seorang muslimah yang mampu memenuhi semu akebutuhan hidupnya dari hasil jerih
payahnya bekerja. Ia mampu berusaha sehingga menjadikannya seorang yang berjiwa
mandiri dan tidak mau bergantung kepada orang lain dalam memenuhi segala
kebutuhan hidupnya, termasuk kepada suaminya. Tidak mudah memang, tapi
sejatinya setiap muslimah memiliki skill sehingga bisa meringankan beban
hidup suami dan keluarganya.
Ketujuh, Mujahidun
linafsihi (jiwa yang bersemangat) | Muslimah sejati adalah muslimah yang mempunyai semangat kuat dalam menuntut
ilmu demi memperbaiki dirinya sebagai bekal menghadap Tuhannya kelak. Ia tidak
pernah menyia-nyiakan kesempatan untuk untuk memaksimalkan segala potensi yang
dimiliki. Dengan kesungguhan itu pula ia akan meraih apa yang menjadi impiannya
selama ini.
Jiwanya yang
kuat, tekadnya yang bulat mampu mengalahkan kelelahan dan kelemahan fisiknya.
Kelelahan dan kelemahan itu terkadang tak ia rasakan demi meraih apa yang sudah
menjadi impian dan cita-cita mulianya. Ia mampu mengabaikan lelah dan letih
yang dirasa demi menggapai kemuliaan di mata Allah Ta’ala. Kesungguhan yang
dimilikinya itu pula pada akhirnya mampu menyinari orang-orang disekitarnya
untuk melakukan hal yang sama demi meraih kebaikan dunia akhirat.
Kedelapan, Haritsun ‘ala
waqtihi (pandai memanfaatkan waktunya) | Efisien dalam memanfaatkan waktunya sehingga
menjadikannya sebagai seorang yang pantang menyiakan waktu untuk melakukan
kebaikan, walau sedetik pun. Muslimah sejati selalu menyadari setiap waktu yang
digunakan dalam hidup ini kelak akan dipertanggungjawabkan dihadapan Allah Subhanahu
Wa Ta’ala.
Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda tentang pentingnya memanfaatkan waktu ini.
“Ada dua kenikmatan yang banyak manusia tertipu, yaitu nikmat
sehat dan waktu senggang.”
(HR. Bukhari no.
6412, dari Ibnu ‘Abbas)
Ibnu Baththol
mengatakan, “Seseorang tidaklah dikatakan memiliki waktu luang hingga badannya
juga sehat. Barangsiapa yang memiliki dua nikmat ini (yaitu waktu senggang dan
nikmat sehat), hendaklah ia bersemangat, jangan sampai ia tertipu dengan
meninggalkan syukur pada Allah atas nikmat yang diberikan. Bersyukur adalah
dengan melaksanakan setiap perintah dan menjauhi setiap larangan Allah.
Barangsiapa yang luput dari syukur semacam ini, maka dialah yang tertipu.”
Kesembilan, Munazhom Fii
Su’unihi (urusannya tertata) | Tertata dalam
urusannya sehingga menjadikan kehidupannya teratur dalam segala hal yang
menjadi tanggung jawab dan amanahnya. Dapat menyelesaikan semua masalahnya
dengan baik dengan cara yang baik. Muslimah sejati adalah wanita dambaan umat
yang bisa dipercaya dalam mengemban berbagai amanah. Ia akan merasa takut
ketika diberi amanah, tapi tidak maksimal menjaga dan menyelesaikannya.
Ia meyakini
bahwa menjaga amanah adalah salah satu tanda orang-orang yang sukses. Hal ini
seperti dalam firman Allah Ta’ala yang artinya, “Dan
orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya.” (Qs. Al Mukminun: 8)
Kesepuluh, Naafi’un Li Ghairihi (Bermanfaat bagi orang lain). Muslimah sejati senantiasa berusaha menjadikan
setiap detik dari hidupnya mampu memberi manfaat untuk semua orang, sehingga ia
keberadaannya selalu dibutuhkan. Keberadaannya akan menjadi sebuah kebahagiaan
bagi orang lain dan ketiadaannya akan menjadikan kerinduan pada orang lain.
Menjadi bermanfaat bagi banyak orang adalah cita-citanya.
Tentang menjadi
pribadi yang banyak memberi manfaat ini, Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pernah
bersabda :
\
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling
bermanfaat bagi manusia.” (HR. Ahmad, ath-Thabrani, ad-Daruqutni.
Hadits ini dihasankan oleh al-Albani di dalam Shahihul Jami’no:3289).
Menjadi pribadi yang bermanfaat
adalah salah satu karakter yang harus dimiliki oleh seorang muslimah. Ia menyadari menjadi pribadi yang memberikan
manfaat kepada orang lain, maka manfaatnya akan kembali untuk kebaikan diri
kita sendiri. Allah Jalla wa ‘Alaa berfirman:
“Jika
kalian berbuat baik, sesungguhnya kalian berbuat baik bagi diri kalian sendiri.” (Qs. Al-Isra: 7).
Rasulullah Shallallahu ’Alaihi Wasallam bersabda, “Siapa membantu keperluan saudaranya, maka
Allah akan membantu keperluannya.” (Muttafaq ‘alaih)
Semoga Allah Ta’ala selalu memudahkan setiap muslimah
untuk memiliki 10 ciri wanita muslimah sejati di atas. Sejatinya, 10 ciri
muslimah sejati di atas adalah wujud dari pengamalan pemahaman yang benar dari
Al Quran dan As Sunnah. Tak ada kata terlambat untuk menjadi muslimah sejati
selama hayat masih di kandung badan. [Bahron Anshori, Mirajnews.com]