Surat at-Taubah ayat 71 dan Surat Ali Imran ayat 159 memberikan panduan kepada kita tentang sikap dan perilaku yang harus dimiliki oleh seorang Muslim, termasuk kesabaran dalam berdakwah.
وَالْمُؤْمِنُوْنَ وَالْمُؤْمِنٰتُ بَعْضُهُمْ اَوْلِيَاۤءُ بَعْضٍۘ يَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُقِيْمُوْنَ الصَّلٰوةَ وَيُؤْتُوْنَ الزَّكٰوةَ وَيُطِيْعُوْنَ اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗۗ اُولٰۤىِٕكَ سَيَرْحَمُهُمُ اللّٰهُۗ اِنَّ اللّٰهَ عَزِيْزٌ حَكِيْمٌ
"Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan
perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebagian yang lain.
Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar,
mendirikan salat, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya.
Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi
Maha Bijaksana." (QS; At-Taubah 71)
Pada ayat ini dijelaskan tentang keharusan kita bekerjasama di dalam
Kebaikan. Ayat ini menekankan pentingnya kerjasama antara orang-orang
beriman dalam mendorong kebaikan dan mencegah keburukan. Ini adalah aspek
penting dalam dakwah, dimana komunitas yang beriman saling mendukung untuk
mencapai tujuan bersama.
Selain itu, Amar Ma'ruf Nahi
Munkar menjadi salah satu tugas seorang muslim di dalam mengembangkan ajaran tauhid. Orang-orang
beriman diperintahkan untuk mengajak kepada kebaikan (amar ma'ruf) dan mencegah
kemungkaran (nahi munkar). Ini adalah tugas dakwah yang memerlukan kesabaran
dan keteguhan hati karena tidak selalu mudah untuk mengajak orang lain kepada
kebenaran dan mencegah keburukan.
Kepatuhan kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka
yang berdakwah harus selalu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, menunjukkan bahwa
tindakan dakwah harus didasari oleh niat yang tulus dan keikhlasan dalam
mengamalkan ajaran Islam.
Rahmat Allah, Bagi mereka yang menjalankan tugas dakwah dengan
kesabaran dan keteguhan, Allah menjanjikan rahmat-Nya. Ini memberikan dorongan
bagi para dai untuk terus berusaha meskipun menghadapi berbagai tantangan.
Sementara itu,
pada Surat Ali Imran: 159:
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّٰهِ لِنْتَ لَهُمْۚ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيْظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوْا مِنْ حَوْلِكَۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى الْاَمْرِۚ فَاِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِيْنَ
"Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut
terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah
mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka,
mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan
itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada
Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal
kepada-Nya."
Dalam ayat ini, seorang pendakwah meski memilk Sikap Lemah Lembut. Dalam
berdakwah, sikap lemah lembut sangat penting. Ayat ini menunjukkan bahwa
kelembutan dan kebaikan hati dapat menarik orang-orang kepada Islam. Sikap
kasar dan keras akan menjauhkan mereka.
Para dai dianjurkan untuk memaafkan kesalahan orang lain dan memohonkan
ampunan bagi mereka. Ini menunjukkan pentingnya sikap pemaaf dan penuh
kasih dalam dakwah.
Selain itu, seorang dai harus terbiasa bermusyawarah atau berdiskusi dengan
orang-orang yang didakwahi menunjukkan sikap inklusif dan menghargai pendapat
mereka. Ini adalah bentuk kesabaran dan keterbukaan yang penting dalam proses
dakwah.
Setelah berusaha dengan sungguh-sungguh dan membuat keputusan, seorang dai
harus bertawakal kepada Allah. Ini menunjukkan bahwa hasil dakwah berada di
tangan Allah, dan dai harus percaya kepada ketentuan-Nya.
Kedua ayat ini menekankan pentingnya kesabaran, kelembutan, kerja sama, dan
tawakal dalam berdakwah. Dakwah bukan hanya tentang menyampaikan pesan, tetapi
juga tentang bagaimana cara menyampaikan pesan tersebut dengan hikmah dan
kesabaran, serta sikap yang baik kepada orang yang didakwahi. []